Sinema atau film merupakan berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Pada zaman awal film berkembang alat untuk film bergerak menggunakan alat kineteskop yang dibuat oleh Thomas Edison.
 |
| gambar Kineteskop |
Perkembangan teknologi mempengaruhi perkembangan film di dunia. Alat pemutar film yang 'kuno' sudah mulai ditinggalkan, berpindah ke alat yang lebih modern. Priyektor yang digunakan untuk memutar film sudah di buat lebih maju, agar mengikuti perkembangan sinema. Sinema saat ini bersifat digital sehingga proyektor yang digunakan harus mengikuti kualitas film.
Dalam wikipedia yang saya baca, terdapat tulisan mengenai proyektor:
Proyektor untuk
bioskop digital
Hanya empat produsen yang membuat proyektor bioskop digital DCI yang disetujui; Ini adalah Sony, Barco, Christie dan NEC. Kecuali Sony, yang menggunakan teknologi SXRD mereka sendiri, semua menggunakan teknologi Digital Light Processing (DLP) yang dikembangkan oleh Texas Instruments (TI). Meskipun proyektor D-Cinema serupa dengan proyektor digital yang digunakan di industri, pendidikan, dan bioskop rumah tangga dalam negeri, keduanya berbeda dalam dua hal penting: pertama, mereka harus sesuai dengan persyaratan kinerja DCI yang ketat; kedua, mereka harus memasukkan perangkat anti-pembajakan yang dimaksudkan untuk melindungi hak cipta konten. Untuk alasan ini semua proyektor dimaksudkan untuk dijual ke bioskop untuk pemutaran film rilis saat ini harus disetujui oleh DCI sebelum mulai dijual. Mereka sekarang melewati proses yang disebut CTP (compliance test plan). Karena fitur film dalam bentuk digital dienkripsi dan kunci dekripsi (KDM) dikunci ke nomor seri server yang digunakan (menghubungkan ke nomor seri proyektor dan server yang direncanakan di masa depan), sistem akan memungkinkan pemutaran yang dilindungi. fitur hanya dengan KDM yang dibutuhkan.
Hanya empat produsen yang membuat proyektor bioskop digital DCI yang disetujui; Ini adalah Sony, Barco, Christie dan NEC. Kecuali Sony, yang menggunakan teknologi SXRD mereka sendiri, semua menggunakan teknologi Digital Light Processing (DLP) yang dikembangkan oleh Texas Instruments (TI). Meskipun proyektor D-Cinema serupa dengan proyektor digital yang digunakan di industri, pendidikan, dan bioskop rumah tangga dalam negeri, keduanya berbeda dalam dua hal penting: pertama, mereka harus sesuai dengan persyaratan kinerja DCI yang ketat; kedua, mereka harus memasukkan perangkat anti-pembajakan yang dimaksudkan untuk melindungi hak cipta konten. Untuk alasan ini semua proyektor dimaksudkan untuk dijual ke bioskop untuk pemutaran film rilis saat ini harus disetujui oleh DCI sebelum mulai dijual. Mereka sekarang melewati proses yang disebut CTP (compliance test plan). Karena fitur film dalam bentuk digital dienkripsi dan kunci dekripsi (KDM) dikunci ke nomor seri server yang digunakan (menghubungkan ke nomor seri proyektor dan server yang direncanakan di masa depan), sistem akan memungkinkan pemutaran yang dilindungi. fitur hanya dengan KDM yang dibutuhkan.
Beberapa contoh proyektor sinema digital;
1. BARCO DP4K-32B
 |
| Resolusi:
4096 x 2160 piksel Tingkat Kecerahan : 33.000 ANSI Lumens Rasio Kontras : 2.000:1 Berat : 141 kg Dimensi : 604 x 754 x 1129 mm |
2. Cristie D4K3560
 |
| Resolusi:
4096 x 2160 piksel Tingkat Kecerahan : 35.000 ANSI Lumens Rasio Kontras : 20.000:1 Berat : 141 kg Dimensi : 1298 x 648 x 483 mm |
3. NEC NC3200S
 |
|
Resolusi: 2048 x 1080 piksel & 3840 x 2160 piksel
Tingkat Kecerahan : 33.000 ANSI Lumens Rasio Kontras : 2.100:1 Berat : 99 kg Dimensi : 700 x 1124 x 503 mm |
Sumber-sumber bahan artikel:
Macam-macam proyektor : http://www.sindulin.web.id/2017/06/macam-macam-proyektor-bioskop-indonesia.html
Komentar
Posting Komentar